Kamis, 23 April 2015

Penyakit jantung ( IMA : INfark Miokard AKut )



BAB I
PENDAHULUAN
I.1.  Latar Belakang
            Penyakit jantung merupakan salah satu penyebab kematian yang utama. Banyak pasien yang mengalami kematian akibat penyakit jantung. Penanganan yang salah dan kurang cepat serta cermat adalah salah satu penyebab kematian. Infark  miokard akut merupakan penyebab kematian utama bagi laki-laki dan perempuan di USA. Diperkirakan lebih dari 1 juta orang menderita infark miokard setiap tahunnya dan lebih dari 600 orang meninggal akibat penyakit ini. Di Indonesia sendiri angka kematian sebesar 26,4% yakni empat kali lebih tinggi dari angka kematian yang disebabkan oleh kanker (6%). Masyarakat dengan tingkat pengetahuan yang rendah membuat mereka salah untuk pengambilan keputusan penanganan utama. Sehingga menyebabkan keterlambatan untuk ditangani. Hal ini yang sering menyebabkan kematian.
            Menurut Amerikan Heart Assiciation, semakin banyak kematian kardiovaskuler di bandingkan dengan gabungan ketujuh penyebab kematian utama berikutnya. Hal ini menunjukkan satu kematian akibat penyakit kardiovaskuler setiap 33 detik.
            Penyakit kardiovaskuler juga merupakan penyebab kematian yang terutama di Indonesia. Sindrom Kororner Akut menyebabkan angka perawatan Rumah Sakit yang sangat besar dalam tahun 2003 di pusat Jantung Nasional, dan merupakan masalah utama saat ini.
            Infark miokard adalah suatu keadaan ketidakseimbangan antara suplai & kebutuhan oksigen miokard sehingga mengalami kematian. Infard menyebabkan kematian jaringan yang irreversibel. Sebesar 80-90% kasus MCI disertai adanya trombus, dan berdasarkan penelitian lepasnya trombus terjadi pada jam 6-siang hari. Infark tidak statis dan dapat berkembang secara progresif.
            MCI apabila tidak segera ditangani atau dirawat dengan cepat dan tepat dapat menimbulkan komplikasi seperti CHF, disritmia, syok kardiogenik yang dapat menyebabkan kematian, dan apabila MCI sembuh akan terbentuk jaringan parut yang menggantikan sel-sel miokardium yang mati, apabila jaringan parut yang cukup luas maka kontraktilitas jantung menurun secara permanent, jaringan parut tersebut lemah sehingga terjadi ruptur miokardium atau anurisma, maka diperlukan tindakan medis dan tindakan keperawatan yang cepat dan tepat untuk mencegah komplikasi yang tidak diinginkan.
            Hal ini dapat dicapai melalui pelayanan maupun perawatan yang cepat dan tepat untuk memberikan pelayanan cepat dan tepat diperlukan pengetahuan, keterampilan yang khusus dalam mengkaji, dan mengevaluasi dengan pemberian asuhan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Peran oksigen pada Miokard :
·         Dibutuhkan pada saat aktivitas preload & afterload.
·         Kontraktilitas miokard
·         Diperlukan jantung untuk berdenyut.
·         Kelelahan & stres emosional meningkatkan denyut jantung.

I.2. Tujuan
Tujuan Umum :
            Dari penyusunan makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengerti, memahami dan memperoleh gambaran tentang penerapan asuhan keperawatan pada klien Miocardium Infark dengan menggunakan proses keperawatan.
Tujuan Khusus :
1.  Mengetahui dan Memahami Definisi Infark Miokardium.
2.  Mengetahui dan Memahami  Anatomi Infark Miokardium.
3.  Mengetahui dan Memahami etiologi Infark Miokardium.
4.  Mengetahui dan Memahami Klasifikasi Infark Miokardium.
5.  Mengetahui dan Memahami Manifestasi Infark Miokardium.
6.  Mengetahui dan Memahami Patofisiologi Infark Miokardium.
7.  Mengetahui dan Memahami WOC Infark Miokardium.
 8. Mengetahui dan Memahami Komplikasi Infark Miokardium.
 9. Mengetahui dan Memahami Pemeriksaan Diagnostik Infark Miokardium.
10.Mengetahui dan Memahami Penatalaksanaan Keperawatan & Medis Infark Miokardium.
11. Mengetahui dan Memahami Asuhan Keperawatan Pada Klien Infark Miokardium.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.  KONSEP DASAR
II.1.  DEFENISI
            Infark miokard akut ( Acute Myocardial Infarction) merupakan kematian sel-sel miokard secara akut akibat kurangnya  aliran darah yang teroksigenasi didalam arteri koroner. Dikenal juga sebagai serangan jantung ( Faqih Muttaqin, 2010).
            Infark miokard adalah nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah ke otot jantung (S. Harum, 2009).
            Infark Miokardium Akut (IMA) didefinisikan sebagai nekrosis miokardium yang disebabkan oleh tidak adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan akut pada arteri koroner. Sumbatan ini sebagian besar disebabkan oleh rupture flak ateroma pada arteri koroner yang kemudian diikuti oleh terjadinya trombosis ,vasokontriksi ,reaksi inflamasi, dan mikroembolisasi distal. Kadang-kadang sumbatan akut ini dapat pula disebabkan oleh spasme arteri koroner, emboli, atau vaskulitis (Arif Muttaqin, 2009).
II.2.  ANATOMI FISIOLOGI
            Secara fisiologi, jantung adalah salah satu organ tubuh yang paling vital fungsinya dibandingkan dengan organ tubuh vital lainnya.Dengan kata lain, apabila fungsi jantung mengalami gangguan maka besar pengaruhnya terhadap organ-organ tubuh lainnya terutama ginjal dan otak. Karena fungsi utama  jantung adalah sebagai pompa yang memompakan darah keseluruh tubuh untuk kepentingan metabolisme sel-sel demi kelangsungan hidup.
1.  Ukuran, Posisi atau letak jantung
Secara anatomi ukuran jantung sangatlah variatif. Dari beberapa referensi ukuran jantung manusia mendekati ukuran kepalan tangan atau dengan ukuran panjang kira-kira 5” (12cm) dan lebar sekitar 3,5” (9cm).


Jantung terletak di belakang tulang sternum,tepatnya di ruang mediastinum diantara kedua paru-paru dan bersentuhan dengan diafragma. Bagian atas jantung terletak dibagian bawah sternal notch,1/3 dari jantung berada disebelah kanan dari midline sternum,2/3 nya disebelah kiri dari midline strenum. Sedangkan bagian apek jantung di intercostal ke-5 atau tepatnya di bawah puting susu sebelah kiri.
2.  Lapisan Otot Jantung
Lapisan otot jantung terbagi menjadi 3 yaitu :
·      Epikardium, yaitu bagian luar oto jantung atau pericardium.
·      Miokardium, yaitu jaringan utama otot jantung yang bertanggung jawab atas kemampuan kontraksi jantung.
·      Endikardium, yaitu lapisan tipis bagian dalam otot jantung atau lapisan tipis endotel sel yang berhubungan langsung dengan darah dan bersifat sangat licin untuk aliran darah, seperti halnya pada sel-sel endotel pada pembuluh darah lainnya.
3.    Katup Jantung
Katup jantung terbagi menjadi 2 bagian, yaitu katup yang menghubungkan antara atrium dengan ventrikel dinamakan katup atrioventrikuker, sedangkan katup yang menghubungkan sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal dinamakan katup semilunar.
Katup atrioventrikuler terdiri dari :
-          Katup trikuspid yaitu katup yang menghubungkan antara atruim kanan dengan ventrikel kanan
-          Katup atrioventrikuler yang lain adalah katup yang menghubungkan antara atrium kiri dengan ventrikel kiriyang dinamakan dengan katup mitral atau bicuspid
-          Katup semilunar terdiri dari katup pulmonal yaitu katup yang menghubungkan antara ventrikel kanan dengan pulmonal trunk
-          Katup semilunar yang lain adalah katup yang menghubungkan antara ventrikel kiri denganasendence aorta yaitu katup aorta. Katup berfungsi mencegah aliran darah balik ke ruang jantung sebelumnya sesaat setelah kontraksi atau sistolik dan sesaat saat relaksasi atau diastolik
-          Tiap bagian daun katup jantung diikat oleh chordae tendinea sehingga pada saat kontraksi daun katup tidak terdorong masuk keruang sebelumnya yang bertekanan rendah. Chordae tendinea sendiri berikatan dengan otot yang disebut muskulus papilar.
4.    Ruang, Dinding & Pembuluh Darah Besar Jantung


Jantung kita dibagi menjadi 2 bagian ruang, yaitu :
·         Atrium (serambi)
·         Ventrikel (bilik)
Karena atrium hanya mempompakan darah dengan jarak yang pendek, yaitu ke ventrikel. Oleh karena itu otot atrium lebih tipis dibandingkan dengan otot ventrikel. Ruang atrium dibagi menjadi 2, yaitu atrium kanan dan atrium kiri. Demikian halnya dengan ruang ventrikel, dibagi lagi menjadi 2 yaitu ventrikel kanan dan ventrikel kiri. Jadi kita boleh mengatakan kalau jantung dibagi menjadi 2 bagian yaitu jantung bagian kanan (atrium kanan & ventrikel kanan) dan jantung bagian kiri (atrium kiri & ventrikel kiri).
5.    Pembuluh Darah Besar Jantung


Ada beberapa pembuluh darah yang perlu diketahui : Vena cava superior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari bagian atas diafragma menuju atrium kanan.
·         Vena cava inferior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari bagian bawah diafragma ke atrium kanan.
·         Sinus Coronary, yaitu vena besar di jantung yang membawa darah  kotor dari jantung sendiri.
·         Pulmonary Trunk,  yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah kotor dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis.
·         Arteri Pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah kotor dari pulmonary trunk kedua paru-paru.
·         Vena Pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.
·         Assending Aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah bersih dari ventrikel kiri ke arkus aorta ke cabangnya yang bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian atas.
·         Dessending Aorta, yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih dan bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian bawah.
6.     Arteri Koroner


Arteri koroner adalah arteri yang bertanggung jawab dengan jantung sendiri, karena darah bersih yang kaya oksigen dan elektrolit sangat penting sekali agar jantung bisa bekerja sebagaimana fungsinya. Arteri koroner adalah cabang pertama dari sirkulasi sistemik, dimana muara arteri koroner berada dekat dengan katup aorta atau tepatnya disinus valsava. Arteri koroner dibagi dua, yaitu :
1.      Arteri koroner kiri
Arteri koroner kiri mempunyai 2 cabang yaitu LAD (Left Anterior Desenden) dan arteri sirkumflek. Kedua arteri ini melingkari jantung dalam dua lekuk anatomis eksterna, yaitu sulcus coronary/atrioventrikuler yang melingkari jantung diantara atrium dan ventrikel, yang kedua yaitu sulcus interventrikuler yang memisahkan kedua ventrikel. Pertemuan kedua lekuk ini dibagian permukaan posterior jantung yang merupakan bagian dari jantung yang sangat penting yaitu kruks jantung. Nodus AV node berada pada titik ini. LAD arteri bertanggung jawab untuk mensuplai darah untuk otot ventrikel kiri dan kanan, serta bagian interventrikuler septum. Sirkumflex arteri bertanggunng jawab untuk mensuplai 45% darah untuk atrium kiri dan ventrikel kiri, 10% beetanggung jawab mensuplai SA node.
2.      Arteri koroner kanan
Artei koroner kana betanggung jawab mensuplai darah ke atriun kanan, ventrikel kanan, permukaan bawah dan belakang vnetrikel kiri, 90% mensuplai AV node, dan 55% mensuplai SA node.   
II.3.  ETIOLOGI
Menurut Fakih Ruhyanudin (2006) penyebab infark miokard akut adalah :
1.Gangguan pada arteri koronaria berkaitan dengan atherosclerosis, kekakuan atau   penyumbatan total pada arteri oleh emboli atau thrombous.
2.Penurunan aliran darah sistem koronaria menyebabkan ketidakseimbangan antara miokardial O2 suplai dan kebutuhan jaringan terhadan O2.
Penyebab suplai oksigen ke miokard berkurang disebabkan oleh 3 faktor ;
1.    faktor pembulu darah :

            - Arterosklerosis
            - Spasme
            - Arteritis
2.   faktor sirkulasi :
            -Hipotensi
            -Stenosos aorta
            -Insufisiensi
3.Faktor darah :
            - Anemia
            - Hipoksemia
            - Polisitemia
Penyebab lain :
a. Curah jantung yang meningkat :
            - Aktivitas berlebihan
            - Emosi
            - Makan terlalu banyak yang mengandung kolesterol.
            - Hypertiroidisme
b. Kebutuhan oksigen miokard meningkat pada :
            - Kerusakan miokard
            - Hypertropi miokard
            - Hypertensi distolik


c. Faktor predisposisi :
·      Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
-  Usia lebih dari 40 tahun
  -  Jenis kelamin: insiden pada pria tinggi sedangkan pada wanita meningkat  pada menopause
-  Hereditas
-  Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam
·      Faktor resiko yang dapat diubah ;
a. Mayor
-  Hiper lipidemia
-  Hipertensi
-  Merokok
-  Diabetes melitus
-  Diet tinggi lemak jenuh, kalori
b. Minor
-  In aktifitas fisik
-  Pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif)
- Stres psikologis berlebihan ketidak adekuatan aliran darah akibat dari penyempitan, sumbatan, arteri koronaria akibat terjadinya arterosklerosis atau penurunan aliran darah akibat syok atau perdarahan.
 II.4.  KLASIFIKASI
Secara morfologi IMA dibedakan atas dua jenis yaitu : IMA transmural, yang mengenai seluruh dinding miokard dan terjadi pada daerah distribusi suatu arteri koroner :
1.      IMA sub-endokardial dimana nekrosis hanya terjadi bagian dalam dinding vertikel dan umumnya berupa bercak-bercak dan tidak konfluen
2.      IMA sub-endokardial dapat regional (terjadi pada distribusi suatu arteri koroner) atau difusi (terjadi pada distribusi lebih dari satu arteri koroner).

II.5.  MANIFESTASI KLINIS
a.       Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus, terletak di bagian bawah sternum dan perut atas, adalah gejala utama yang biasa muncul nyeri akan terasa semakin berat sampai tak tertahankan. Rasa nyeri yang tajam dan berat, bisa menyebar ke bahu dan lengan yang biasa lengan kiri.
b.      Nyeri sering disertai napas pendek, pucat, berkeringat dingin, pusing, mual dan muntah.
Secara khas nyeri dirasakan di daerah perikardial sering dirasakan sebagai suatu desakan, diperas, ditekan, dicekik, dan nyeri seperti terbakar, rasanya tajam dan menekan, atau sangat nyeri, nyeri terus menerus, koma dan dangkal.
Tanda dan Gejala infark miokard (TRIAGE) adalah :
1.      Nyeri dada yang terjadi secara mendadak, terus menerus dan tidak mereda, biasanya di atas region sternal bawah dan abdomen bagian atas, ini merupakan gejala utama.
2.      Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak tertahankan lagi.
3.      Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
4.      Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setalah kegiatan atau gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitogliserin (NTG).
5.      Dapat menjalar ke arah rahang dan leher.      
6.      Nyeri sering di sertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pening, kepala terasa melayang, dan mual muntah.
7.      Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor (menumpulkan pengalaman nyeri).

II.6.  PATOFISIOLOGI
            Iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan kerusakan seluler yang irreversibel dan kematian otot atau neokrosis. Bagian miokardium yang mengalami infark atau nekrosis akan berhenti berkontraksi secara permanent. Jaringan yang mengalami infark dikelilingi oleh suatu daerah iskemik yang berpotensi dapat hidup. Ukuran infark akhir tergantung dari nasib daerah iskemik tersebut. Bila pinggir daerah ini mengalami nekrosis maka besar daerah infark akan bertambah besar, sedangkan perbaikan iskemia akan memperkecil daerah nekrosis.
            Infark miokardium biasanya menyerang ventrikel kiri. Infark digambarkan lebih lanjut sesuai letaknya pada dinding ventrikel. Misalnya, infark miokardium anterior mengenai dinding anterior ventrikel kiri. Daerah lain yang biasanya terserang infark adalah bagian inferior, lateral, posterior, dan septum.
            Otot yang mengalami infark akan mengalami serangkaian perubahan selama berlangsungnya proses penyembuhan. Mula-mula otot yang mengalami infark tampak memar dan sianotik akibat terputusnya aliran darah regional. Dalam jangka waktu 24 jam timbul edema pada sel-sel, respon peradangan disertai infiltrasi leukosit. Enzim-enzim jantung akan terlepas dari sel-sel ini. Menjelang hari kedua atau ketiga mulai proses degradasi jaringan dan pembuangan semua serabut nekrotik. Selama fase ini dinding nekrotik relative tipis. Kira-kira pada minggu ketiga mulai terbentuk jaringan parut. Lambat laun jaringan penyambung fibrosa menggantikan otot yang nekrosis dan mengalami penebalan yang progresif. Pada minggu keenam parut sudah terbentuk dengan jelas.
            Infark miokardium jelas akan mengurangi fungsi ventrikel karena otot yang nekrosis kehilangan daya kontraksi sedangkan otot yang iskemia disekitarnya juga mengalami gangguan daya kontraksi. Secara fungsional infark miokardium akan menyebabkan perubahan-perubahan seperti pada iskemia : (1) Daya kontraksi menurun, (2) Gerakan dinding normal, (3) Perubahan  daya kembang dinding ventrikel, (4) Pengurangan curah sekuncup, (5) Pengurangan fraksi ejeksi, (6) Peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diatolik ventrikel dan (7) Peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri.
            Peningkatan frekuensi jantung dan daya kontraksi oleh refleks simpatik dapat memperbaiki fungsi ventrikel. Penyempitan arteriola menyeluruh akan mempertinggi resistensi perifer total, dengan demikian tekanan rata-rata artena akan meningkat. Penyempitan pembuluh vena akan mengurangi kapsitas vena, akan meningkatkan alir balik vena ke jantung dan pengisian ventrikel. Pengisian ventrikel yang  meningkat akan meningkatkan daya kontraksi dan volume ejeksi. Dengan menurunnya fungsi ventrikel maka diperlukan tekanan pengisian diastolik yang lebih tinggi agar curah sekuncup dapat dipertahankan. Peningkatan tekanan pengisian diastolik dan volume ventrikel akan meregangkan serabut miokardium, dan dengan demikian menigkatkan kekuatan kontraksi sesuai hukum Straling. Tekanan pengisian sirkulasi dapat ditingkatkan lebih lanjut lewat retensi natrium dan air oleh ginjal. Akibatnya, Infark miokardium biasanya disertai pembesaran ventrikel kiri sementara akibat dilatasi kompensasi jantung. Bila perlu, dapat terjadi hipertrofi kompensasi jantung sebagai usaha untuk meningkatkan daya  kontraksi dan pengosongan ventrikel.
            Secara ringkas, terdapat serangkaian refleks yang dapat mencegah memburuknya curah jantung dan tekanan perfusi : (1) Peningkatan frekuensi jantung dan daya kontraksi, (2) Vasokontriksi umum, (3) Retensi natrium dan air, (4) Dilatasi ventrikel, (5) Hipertrofi ventrikel. Tetapi semua respon kompensasi ini akhirnya dapat memburuk keadaan miokardium dengan meningkatkan kebutuhan miokardium akan oksigen.
Derajat gangguan fungsional akibat infark tergantung dari :
1.      Ukuran infark : infark yang melebihi 40% miokardium berkaitan dengan insiden syok kardiogenik tinggi.
2.      Lokasi infark : lokasi di dinding anterior lebih besar kemungkinannya mengurangi fungsi mekanik dibandingkan dengan kerusakan dinding inferior.
3.      Fungsi miokardium yang terlibat : infark tua akan membahayakan fungsi miokardiun sisanya.
4.      Sirkulasi kolateral : baik melalui anastomosis arteria yang sudah ada atau melalui saluran yang baru terbentuk, dapat berkembang sebagai respon terhadap iskemia yang kronik dan hipoperfusi regional guna memperbaiki aliran darah yang menuju ke miokardium terancam.
Mekanisme kompensasi dari kardiovaskuler : mekanisme ini bekerja untuk mempertahankan curah jantung dan perfusi perifer

II.7.  KOMPLIKASI
a.       Disritmia
Paling sering dari infark miokard akut gangguan irama jantung (90%) faktor predisposisi adalah : (1) Iskemia jaringan, (2) Hipoksemia, (3) Pengaruh sistem saraf parasimpatis dan simpatis, (4) Asidosis laktat, (5) Kelainan hemodik, (6) Keracunan obat, dan gangguan keseimbangan elektrolit.
b.      Gagal jantung kongestif dan syok kardiogenik
Sepuluh dan sampai 15% pasien IM mengalami syok kardiogenik dengan mortalitas antara 80-95% .
c.       Tromboemboli
studi pada 924 kasus kematian akibat IM akut menunjukkan adanya trombi mural pada 44% kasus pada endokardium.studi otopsi menunjukkan 10% kasus IM akut yang meninggal mempunyai emboli arterial ke otak,ginjal,limpa,atau mesenterium.
d.      Perikarditis
Sindrom ini dihubungkan dengan IM yang di gambarkan pertama kali oleh Dresssler dan sering disebut Sindrom Dressler. Biasanya terjadi setelah infark transmural tetapi dapat menyertai infark subepikardial. Perikarditis biasanya sementara yang tampak pada minggu pertama setelah infark. Nyeri dada dari perikarditsi akut terjadi tiba-tiba dan berat serta konstan pada dada arterior. Nyeri ini memburuk dengan inspirasi dan biasanya di hubungkan dengan tachikardai, demam ringan, dan friction rub pericardial yang trifasik dan sementara.
e.       Ruptur miokardium
Ruptur dinding bebas dari ventrikel kiri menimbulkan kematian sebanyak 10% di rumah sakit kaerana IM akut. Ruptur ini menyebabkan tamponade jantung dan kematian. Ruptur septum interventrikuler jarang terjadi, yang terjadi pada kerusakan miokard luas, dan menimbulkan Defek Septum Ventrikel.
f.       Aneurisma ventrikel
Kejadian ini adalah komplikasi lambat dari IM yang meliputi penipisan , penggembungan, hipokinesis dari dinding ventrikel kiri stelah infark transmoral. Aneurisma sering menimbulkan gerakan paroksimal pada dinding vertikel, dengan pengembungan keluar segmen aneurima pada kontraksi ventrikel. Kadang-kadang aneurisma ini ruptur dan menimbulkan tamponade jantung, tetapi biasanya masalah yang terjadi disebabkan penurunan kontraktilitas ventrikel atau embolisasi.
II.8.  PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
            Infark miokardium klasik disertai oleh trias diagnostik yang khas.
Pertama :
Gambaran klinis khas yang terdiri dari nyeri dada yang berlangsung lama dan hebat, biasanya disertai mual, keringat dingin, muntah dan perasaan seakan-akan menghadapi ajal.
·         Terapi, 20%-60% kasus infark yang tidak fatal bersifat tersembunyi atau asimtomatik.
·         Sekitar setengah dari kasus ini benar-benar tersembunyi dan tidak diketemukan kelainan, dan diagnosis maelalui pemeriksaan EKG yang rutin atau pemeriksaan postmortem.
Kedua :
Meningkatnya kadar enzim-enzim jantung yang dilepaskan oleh sel-sel miokardium yang nekrosis.
·         Enzim-enzim yang dilepaskan terdiri dari keratin, fosfokinase (CK atau CPK), Glautamat oksaloasetat transaminase (SGOT atau GOT) dan laktat dehidrogenase (LDH).
·         Pola peningkatan enzim ini mengikuti perjalanan waktu yang khas sesudah terjadinya infark miokardium.
·         Meskipun enzim ini merupakan pembantu diagnosis yang sangat berharga, tetapi, interprestasinya terbatas oleh fakta bahwa penigkatan enzim yang terukur bukan merupakan indicator spesifik kerusakan miokardium, terdapat proses-proses lain yang juga dapat menyebabkan peningkatan enzim, sehingga dapat menyesatkan interprestasi.
·         Pengukuran isoenzim, yaitu fraksi-fraksi enzim yang khas dilepaskan oleh miokardium yang rusak, meningkatkan ketepatan diagnosis.
·         Pelepasan isoenzim, MB-CK merupakan petunjuk enzimatik dari infark miokardium yang paling spesifik.


Ketiga :
Terlihat perubahan-perubahan pada elektokardiografi, yaitu gelombang Q yang nyata, elevasi segmen ST, dan gelombang T terbalik.
·         Perubahan-perubahan ini tampak pada hantaran yang terletak diatas daerah miokardium yang mengalami nekrosis.
·         Sedang beberapa waktu segmen ST dan gelombang T akan kembali normal ; hanya gelombang Q tetap bertahan sebagai bukti elektrokardiografi adanya infark lama.
·         Tetapi hanya 50% atau 75% pasien infark miokardium akut yang menunjukkan pemulihan elektrokardiografi klasik ini.
·         Pada 30% pasien yang di diagnosis dengan infark tidak terbentuk gelombang Q.

Tabel Perjalanan Waktu Enzim Jantung pada Infark Miokard Akut
Enzim
Onset
Puncak
Kembali Normal
CK
3-6 jam
12-24 jam
3-5 hari
CK-MB
2-4 jam
12-20 jam
48-72 jam
LDH
24 jam
48-72 jam
7-10 hari
LDH1
4 jam
48 jam
10 hari
LDH2
4 jam
48 jam
10 hari
Sumber : Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner And Suddart, Edisi 8.
II.9.  PENATALAKSANAAN
·      Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan medis adalah memperkecil kerusakan jantung sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi. Kerusakan jantung diperkecil dengan cara, segera mengembalikan keseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen jantung. Terapi obat-obatan, pemberian oksigen dan tirah baring dilakukan secara bersamaan untuk mempertahankan jantung. Obat-obatan dan oksigen digunakan untuk menigkatkan suplai oksigen, sementara tirah baring dilakukan untukm mengurangi kebutuhan oksigen.
·      Farmakoterapi
3 kelas obat-obatan yang bisa digunakan untuk meningkatkan suplai oksigen :
1.      Vasodilator
Vasodilator pilihan untuk mengurangi nyeri jantung adalah Nitrogliserin (NTG) Intravena.
2.      Antikoagulan
Heparin adalah antikoagulen pilihan untuk membantu mempertahankan integritas jantung. Heparin memperpanjang waktu pembekuan darah, sehingga dapat menurunkan kemungkinan pembentukan thrombus dan selanjutnya menurunkan aliran darah.
3.      Trombolitik
Tujuan trombolitik adalah untuk melarutkan setiap trombus yang telah terbentuk di arteri koroner, memperkecil penyumbatan dan juga luasnya infark. Agar efektif, obat ini harus diberikan pada awal awitan nyeri dada. Tiga macam obat trombolitik yang terbukti bermanfaat melarutkan trombus adalah : Streptokinase, aktifator plasminogen jaringan (t-PA = tissue plasminogen activator) dan anistreplase.
Pemberian oksigen. Terapi oksigen dimulai saat awitan nyeri oksigen yang dihirup akan langsung meningkatkan saturasi darah. Efektifitas terapeutik oksigen ditentukan dengan observasi kecepatan dan irama pertukaran pernafasan, dan pasien mampu bernafas dengan mudah. Saturasi oksigen dalam darah secara bersamaan diukur dengan pulsa oksimetri.
Analgetik. Pemberian analgetik dibatasi hanya untuk pasien yang tidak efektif diobati dengan nitrat dan anti koagulan. Analgetik pilihan masih tetap morfin sulfat yang diberikan secara intra vena dengan dosis meningkat 1 sampai 2 mg.
·      Penatalaksanaan Keperawatan
1.      Istirahat total.
2.      Diet makan lunak / saring serta rendah garam.
3.      Infus destrosa 5 % untuk pemberian obat intravena.
4.      Morfin dan petidin untuk atasi nyeri.
5.      Oksigen 2-4 l/mat.
6.      Sedatif sedang seperti diazepam atau flurazepan.
7.      Antikoagulen dan streptokenase / trombolisis.


Diagnosa yang mungkin muncul :
1.      Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri.
2.      Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan faktor-faktor listrik, penurunan karakteristik  miokard.
3.      Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan iskemik, kerusakan otot jantung, penyempitan / penyumbatan darah arteri koronaria.
4.      Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke alveoli / kegagalan utama paru.
5.      Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air, peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan protein plasma.

B.  ASKEP TEORITIS
Pengkajian
-          Tanggal pengkajian     :
-          Ruangan                      :

I.     IDENTITAS
Nama                                  :
Umur                                  :
Pendidikan                         :
Suku Bangsa                      :
Pekerjaan                            :
Penanggung jawab             :
Agama                                :
Status Perkawinan              :
Alamat                                :
NO. MR                             :
Ruang Rawat                     :
Tanggal Masuk                   :
Diagnosa Medik                 :
Yang mengirim/ merujuk    :
Tinggi / BB                         :
II.   TANDA-TANDA VITAL
Nadi                                   : 80 x/i
TD                                      : 120/80 mmHg
Pernafasan                          : 24 x/i
Suhu                                   : 36,5 0 C
III.   RIWAYAT KESEHATAN
-          Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya pasien IMA memiliki riwayat kadar kolesterol tinggi, penyakit pembuluh darah arteri, riwayat penyakit pernafasan kronis, riwayat DM, hipertensi, gagal jantung kongestif, riwayat merokok dan kebiasaan olahraga yang tidak teratur.
-          Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien mengalami kelelahan, kelemahan, tidak dapat tidur, pasien merasakan nyeri, muntah, mual, kadang-kadang demam, dispnea dan syndrom syock.
-          Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat keluarga penyakit jantung / infark miokardium, DM, stroke, hipertensi, dan penyakit vaskuler periver.
IV.   PEMERIKSAAN FISIK
a.      Rambut dan hygiene kepala
Warna rambut                        : Hitam
Keadaan rambut         : Bersih, tidak rontok.
Kulit kepala                : Bersih, tidak ada ketombe.
Bau                              : Rambut pasien tidak berbau.
b.      Wajah
-          Adanya oedem( finger print) di daerah os. Frontalis.
-          Mata                           
Posisi                           : Simetris kiri kanan
            Konjungtiva                : Menutupi pupil , anemis.
            Sklera                          : Putih, tidak ikterik, tidak ada pembesaran palpebrae.
            Pupil                            : Isokor kiri kanan = 3 mm
                                                  Respon cahaya baik.
-          Hidung
Simetris                       : Biasanya normal, simetris kiri kanan
                                      Tidak ada peradangan polip.
                                      Tidak ada sekret.
                                      Tidak ada perdarahan.
-          Telinga
Bentuk                                    : Simetris kiri kanan.
Pendengaran               : Normal.
Serumen                      : Tidak ada.
-          Bibir
  Biasanya normal, tidak ada oedema.
  Mukosa bibir lembab.
  Tidak ada stomatitis dan apthae (Sariawan).
  Mulut tidak berbau.
-          Gigi    
  Biasanya normal.
  Tidak ada caries gigi, karang gigi.
  Tidak ada abses dan gusi tidak meradang.
-          Lidah
  Biasanya normal, bersih.         

c.       Leher
  Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid & getah bening.
  JVP : 5 -2 cm air (normal).
d.      Dada/thorax
-          Inspeksi                       : Simetris kiri kanan.
  Tidak ada kelainan bentuk dada.
  Tidak ada lesi, oedema, dan skartik.
-          Palpasi                         : Vocal premitus sama kiri kanan
-          Perkusi                        : Sonor => normal
-          Auskultasi                   : Suara nafas Vesikuler (inspirasi lebih panjang dari ekspirasi).
e.       Jantung
-          Inspeksi                      
Bentuk Prekardium     :
  Kedua belah dada simetris kiri kanan.
Biasanya prekardium : Cekung. Karena fibrosis, proses pembentukan jaringan fibrin.
            Denyut pada apex jantung :
Biasanya dalam keadaan normal dengan sikap duduk, terlentang / berdiri ictus cordis terlihat di RIC ke 5 medioclavikularis sinistra.                                
            Denyut nadi pada dada :
                                                  Biasanya terlihat mengembung dan mengempis.
                                                  Aneurisme / dilatasi aorta ascenden dapat menimbulkan denyutan di RIC II kanan, sedangkan denyutan dada didaerah RIC II kiri menunjukkan adanya dilatasi aorta pulmonalis dan aneurisma aorta desenden.
                                                  Apabila didada bagian atas terdapat denyutan yang harus dicurigai adanya kelainan pada orta.
                                                  Biasanya dalam keadaan normal dengan sikap duduk, terlentang / berdiri ictus cordis terlihat di RIC ke V medioclavikularis sinistra.
            Denyut Vena               :
Biasanya Vena yang menunjukkan denyutan hanyalah vena jugularis insterna dan eksterna.
Biasanya yang tampak pada dada dan punggung tidak menunjukkan denyutan.
-          Palpasi
Pemeriksaan Ictus Cordis :
Biasanya iktus cordis teraba pada RIC ke V medioclavikularis sinistra, agak ke medial 1 cm dari linea midclavikularis sinistra.
            Pemeriksaan Getaran/ thrill :
Biasanya ada getaran yang menunjukkan adanya kelainan pada katub bawaan atau penyakit jantung.
Biasanya getaran yang lemah akan mudah dipalpasi apabila pasien melakukan pekerjaan fisik yang terlalu berat sehingga darah mengalir lebih cepat.
            Pemeriksaan Gerakan Trachea :
Biasanya pada aneurisme aorta menjalar ke trakhea sehingga denyutan dapat diraba.
-          Perkusi
Batas kiri jantung :
                                    Kita melakukan perkusi dari arah lateral ke medial.
                                    Biasanya terjadi perubahan antara bunyi sonor kebunyi redup
                                    Paru-paru sebagai batas jantung kiri.
Norma Atas : RIC II sinistra dilinea parasstrenalis kiri (pinggang jantung).
Bawah : RIC V, sinistra agak ke medial linea mediaclavikularis kiri (tempat jantung).
            Batas kanan jantung :
                                                Kita melakukan perkusi dari arah lateral ke medial.
Normal : Biasanya batas bawah kanan jantung disekitar RIC III-IV kanan, dilinea parasternalis kanan. Sedangkan batas atasnya di RIC II kanan linea parasternalis kanan.
-          Auskultasi
Bunyi jantung I          
: Biasanya terjadi getaran menutupnya katub atrio ventrikuler        yang terjadi pada saat permulaan sistole.
            Bunyi jantung II
: Biasanya terjadi proyeksi getaran menutupnya katup aorta dan  arteri pulmonalis pada dinding thorax.
 Biasanya terjadi pada permulaan diastole.
 Biansanya terjadi bising usus jantung. Perhatikan kualitas dari bising jantung, apakah kasar, halus, bising gesek, bising meniup saat mendengar.
            Bunyi jantung II biasanya lebih lemah dari bunyi jantung I.
f.     Abdomen
-         Inspeksi
Bentuk perut   : Tidak membuncit.
Dinding perut  : Sirkulasi kolateral ada.
-         Auskultasi
                        : Bising usus 5-35x/i

-         Palpasi
Pembesaran     : Tidak ada pembesaran pada abdomen.
Turgor kulit     : normal, kulit tampak bagus.
-         Perkusi
                        : Tympani (normal).
g.    Genita urinaria
Kebersihan     : Bersih
Urine              : Bau khas.
                         Tidak ada endapan.
                        Warna kunig jernih.
h.   Lengan-lengan tungkai.
-         Ekstremitas atas( kiri dan kanan)
Tidak ada keluhan
Kekuatan otot                                                                       
Kiri
Kanan
5
5
-         Ekstremitas bawah ( kiri dan kanan)
Tidak ada keluhan
Kekuatan otot
Kiri
Kanan
5
5
i.      Sistem Persyarafan
Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
j.     Kesadaran
Kwantitatif    : Kompos metis/kooperatif.
Kwalitatif       : Membuka mata : (4) Spontan.
                         Motorik             : (6)  Mengikuti perintah
                         Verbal               : (5) Kata-kata benar, dapat memusatkan pandangan dan mengikuti obyek.


k.   Pola Kebiasaan Sehari-Hari

NO
POLA
SEHAT
SAKIT
A
ELIMINASI
-BAK
-BAB

7-8 X/hari
1x/hari

7-8x/hari
1x/hari
B
NUTRISI
-Pola Makan
-Minum

3xsehari
8 gelas/hari

3xsehari
8 gelas/hari
C
TIDUR / ISTIRAHAT
-Waktu tidur

6-7 jam

6-7 jam
D
AKTIVITAS & LATIHAN
-Kesulitan / keluhan dalam hal :
-Olahraga teratur
-Istirahat teratur
-Pola nutrisi teratur
-Ibadah teratur.
-Nyeri dada
-Aktivitas terganggu.
-Mudah merasa kelelahan
-Selalu gelisah.

l.      Riwayat Lingkungan
-         Bersih.
-         Tidak ada polusi.
m.  Riwayat Psikososial
1.      Persepsi
Hal yang dipikirkan saat ini : Cepat sembuh
Hal yang setelah menajalani perawatan   :  Sembuh total
Perubahan yang dirasa setelah sakit         : Seluruh tubuh sehat dan tidak ada  keluhan.
2.      Suasana Hati        : Kurang nyaman, cemas, stress.
3.      Hubungan / komunikasi
a.       Bicara             :  Jelas
                         Hubungan sosial terganggu dengan orang lain.
Bahasa Utama            : Indonesia
Bahasa Daerah           : Minang
b.      Tempat Tinggal          : Sendiri
c.       Kehidupan Keluarga  : Adat istiadat.
Keuangan                   : Memadai.
n.   Sistem Integumen
Inspeksi                      : Tidak ada lesi pada kulit tubuh, warna kulit sawo matang.
Palpasi                        : Suhu kulit : Normal.
                                    Tekstur Kulit : Halus dan tidak ada turgor kulit. 

ANALISA DATA

NO
DATA FOKUS
MASALAH
ETIOLOGI
1
DO
-Wajah pasien terlihat meringis
-Pasien tampak gelisah, pucat, & keringat dingin.
TD : 140/90 mmHg
N   : 110x/i
RR : 28x/i
S    :  38,5 0 C
DS
-Pasien mengatakan nyeri dada dari bahu ke lengan kiri.




Nyeri




Iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri.
2
DO
-Klien terlihat sesak nafas, gelisah, sianosis.
-Disritmia(perubahan irama jantung).
TD  : 90/60 mmHg
N    : 110x/i
RR  : 28x/i
S     : 38,5 0 C
DS
-Klien mengatakan lemah, lelah dan lemas





Penurunan resiko curah jantung




Perubahan faktor listrik, penurunan karakteristik miokard.
3
DO
-Pasien tampak pucat dan keringat dingin.
-Klien terlihat lemah dan lelah.
TD  : 110/70 mmHg
N    :  98x/i
RR  : 24x/i
S     : 38 0 C
DS
-Pasien mengatakan nyeri dada
-Pasien mengatakan sering merasa lelah.



Gangguan perfusi jaringan


Iskemik, kerusakan otot jantung, peyempitan/obstruksi pembuluh darah arteri koronaria.
4
DO
-Klien tampak gelisah
-Perubahan GDA
-Klien terlihat sesak nafas.
DS
-Klien mengatakan tubuhnya masih terasa lemah.




Kerusakan pertukaran gas



Gangguan aliran darah ke alveoli / kegagalan utama paru.
5
DO
-Klien tampak lelah
-Klien tampak lemas
-TD menurun secara tiba-tiba(Hipotensi orthotastik)
DS
-Klien mengatakan tubuhnya masih terasa lemah



Intoleransi aktivitas





Ketidakseimbangan antara suplai O2 miokard dan kebutuhan.
6
DO
-TD pasien normal.
DS
-pasien mengatakan lemah.



Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler




Penurunan perfusi ginjal,protein plasma, peningkatan natrium/retensi air,tekanan hidrostatik.


DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TGL DITEGAKKAN
TANDA TANGAN
TGL TERATASI
TANDA TANGAN
1
Nyeri berhubungan dengan Iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri.




2
Penurunan resiko curah jantung berhubungan dengan Perubahan faktor listrik, penurunan karakteristik miokard.




3
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan Iskemik, kerusakan otot jantung, peyempitan/obstruksi pembuluh darah arteri koronaria.




4
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan Gangguan aliran darah ke alveoli / kegagalan utama paru.




5
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai O2 miokard dan kebutuhan.




6
Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan
penurunan perfusi ginjal, protein plasma, peningkatan natrium/retensi air, tekanan hidrostatik.






  
RENCANA  ASUHAN KEPERAWATAN

NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
1
Nyeri berhubungan dengan Iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri.
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang
Kriteria hasil :
-nyeri dada berkurang misalnya dari skala 3 ke 2 , atau dari 2 ke 1
- ekspresi wajah rileks /tenang ,tak tegang.
- tidak gelisah
-nadi 60-100x/menit
-TD 120/80 mmHg
-Pantau nyeri, catat laporan verbal dan nonverbal, dan respon hemodinamik (contoh meringis, menangis,
Frekuensi jantung berubah)











-Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri dari pasien, termasuk lokasi,intensitas, lamanya kualitas, kualitas, dan penyebaran.
-Variasi penampilan dan prilaku pasien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian.
Kebanyakan pasien dengan IM akut tampak sakit, distraksi, dan berfokus pada nyeri, pernapasan mungkin meningkat sebagai akibat nyeri.



-Nyeri sebagai pengalaman subjektif dan harus digambarkan oleh pasien.Bantu pasien untuk menilai nyeri dengan membandingkan dengan pengalaman yang lain.
2
Penurunan resiko curah jantung berhubungan dengan Perubahan faktor listrik, penurunan karakteristik miokard.
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan curah jantung membaik / stabil setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di RS.
Kriteria hasil :
-tidak ada edema
-tidak ada disritmia
-haluaran urin normal
-TTV dalam batas normal
-Auskultasi TD,bandingkan kedua tangan dan ukur dengan tidur,duduk dan berdiri bila bisa.











-Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi sesuai indikasi.








-Adanya murmur /gesekan
















Auskultasi bunyi nafas
-Hipotensi dapat terjadi sehubungan dengan disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokard dan rangsang vagal. Namun hipertensi juga merupakan fenomena umum.






-Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunya kelemahan/kekuatan nadi.
-Ketidakteraturan diduga distrimia, yang memerlukan evaluasi lanjut/pantau.
-Menunjukan gangguan aliran darah normal dalam jantung,contoh katup tak baik, kerusakan septum, atau vibrasi otot korda.adanya gesekan dengan infark juga berhubungan dengan inflamasi,  contoh efusi perikardial dan perikarditis.

-Krekels menunjukan kongesti paru mungkin terjadi karena penurunan fungsi miokard.
3
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan Iskemik, kerusakan otot jantung, peyempitan/obstruksi pembuluh darah arteri koronaria.
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan perfusi jaringan berkurang /tidak meluas.
Kriteria hasil :
-Daerah perifer hangat
-Tak sianosis
-Gambaran EKG tak menunjukkan perluasan infark
-RR 16-24 x/menit
-tak terdapat clubbing finger
-kapiler refill 3-5 detik
-Nadi 60-100x/menit
-TD 120/80 mmHg
-Selidiki perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinu contoh : cemas, bingung, latergi, pingsan





-Lihat pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab, catat kekuatan nadi perifer






-Pantau pernapasan, catat kerja pernapasan









-Kaji fungsi gastrointestinal, catat anoreksia, penurunan/tak ada bising usus, mual/muntah, distensi abdomen, konstipasi.


-Perfusi serebral secara langsung sehubungan dengan curah jantung dan juga dipengaruhi oleh elektrolit/variasi asam,basa atau emboli sistemik.

-Vasokontriksi sistemik diakibatkan oleh penuruan curah jantung mungkin dibukitkan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi

-Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distress pernapasan.Namun dispnea tiba-tiba berlanjut menunjukan komplikasi tromboli paru.

-Penurunan aliran darah kemesentari dapat mengakibatkan disfungsi gastrointestinal.
4
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan Gangguan aliran darah ke alveoli / kegagalan utama paru.
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan oksigenasi dengan GDA dalam rentang normal (pa O2 < 80 mmHg, pa CO2 >45 mmHg dan saturasi < 80 mmHg
Kritria hasil :
-Tidak sesak napas
-Tidak gelisah
-GDA dalam batas normal (pa O2 < 80 mmHg, pa CO2 >45 mmHg dan saturasi < 80 mmHg


-K -Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan

  b.    


 -Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untukmemilih posisi yang mudah untuk bernafas.dorong nafas dalam secara perlahan sesuai dengan kebutuhan/toleransi individu.
   c. 

  d
   e. - Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara /bunyi tambahan.

     


     


      - Palpasi fremitus




  g.  





- Awasi tingkat kesadaran/status mental.selidiki adanya perubahan.






  h.  
          -Evaluasi tingkat toleransi aktivitas.berikan lingkungan yang tenang.batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahat pada fase akut. Munkinkan pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan tingkatkan sesuai teleransi individu.

B-Berguna dalam evaluasi derajat stress pernapasan/kronisnya proses penyakit.





b.   -Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan jalan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispnea dan kerja nafas.

e.   - Bunyi nafas munkin redup karena penurunan aliran udara. Adanya mengi mengidinfikasikan adanya spasme bronkus.\

f.   - Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara terjebak.

-Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pd hipoksia. GDA memburuk disertai bingung/somnolen menunjukan disfungsi serebral yang berhubungan dengan hipoksemia


-Selama distres pernafasan berat pasien secara total tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea. Istirahat diselingi aktivitas perawatan masih penting bagi program pengobatan.
5
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai O2 miokard dan kebutuhan.
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan terjadi peningkatan toleransi pada klien
Kriteria hasil:
-Klien berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan klien
-frekuensi jantung 60-100x/menit
-TD 120-80 mmHg
-Catat/dokumentasi frekuensi jantung,irama dan perubahan TD sebelum,selama,sesudah aktivitas sesuai indikasi.






-Tingkatkan istitrahat. Batasi aktivitas  pada dasar nyeri/respons hemodinamik. Berikan aktivitas senggang yang tidak berat.


-Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen, contoh mengejan saat defekasi.
-Kecendrungan menentukan respons pasien terhadap aktivitas dan dapat mengindikasikan penurunan oksigen miokard yang memerlukan penuruanan tingkat aktivitas.

-Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen,menurunkan risiko komplikasi.


-Aktivitas yang memerlukan menahan napas dan dapat mengakibatkan bradikardi, juga menurunkan curah jantung dan takikardi dengan peningkatan TD
6
Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan
penurunan perfusi ginjal,protein plasma, peningkatan natrium/retensi air,tekanan hidrostatik.

Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan
Kriteria hasil :
-Tekanan darah dalam batas normal
-Tak ada distensi vena perifer/vena dan edema dependen
-Paru bersih
Berat badan ideal (BB idealTB-10 lebih kurang 10%
-Catat DVJ, adanya edema dependen.



-Ukur masukan/haluaran,catat penurunan, sifat konsentrasi, hitung keseimbangan cairan.











-Timbang berat badan tiap hari





-Pertahankan pemasukan total cairan 2000ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskular
-Dicurigai adanya gagal kongestif, kelebihan volume cairan

-Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan haluran urine, keseimbangan cairan positif berulang pada adanya gejala lain menunjukan kelebihan volume/gagal jantung.

-Perubahan tiba-tiba pada berat badan menunjukan gangguan keseimbangan cairan.

-Memenuhi kebutuhan cairan tubuh tetapi memerlukan pembatasan pada adanya dekompensasi jantung.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar